Rabu, 11 Desember 2019

Alasan di Balik Batalnya Tol Japek Layang Dibuka 15 Desember

Tol Jakarta-Cikampek (Japek) Layang rencananya mau dibuka untuk umum pada 15 Desember 2019. Rencana ini pernah disampaikan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit, di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Namun, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pada Minggu (8/9/2012), tol Japek layang akan dibuka pada 20 Desember nanti. Kenapa pembukaan tol Japek layang mundur?

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Cucu Mulyana menjelaskan pihak operator masih menyelesaikan desain u-turn alias putaran balik. Masalahnya baru dua u-turn yang selesai dibuat dengan tangga darurat.

Sedangkan total u-turn di tol Japek layang ada delapan, dan sisa enam lagi masih digarap tangga daruratnya.

"Banyak u-turn yang didesain. Itu baru dua yang ada tangganya dari delapan. Itu untuk darurat," ucap Cucu di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2019).

Cucu mengatakan pembuatan u-turn dan tangga darurat merupakan rekomendasi yang harus ditindaklanjuti. Jika sudah dipenuhi jalan tol Japek layang baru bisa beroperasi.

"Itu kan ada rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti dulu. Sedang berjalan, itu kan sudah survei gabungan. Nanti setelah dilakukan pemenuhan baru. Kami kan pasti koordinasi terus," ucap Cucu.

Peresmian bisa lebih cepat

Meski begitu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit justru menyatakan jalan layang ini bisa lebih cepat peresmiannya. Pihaknya tengah memantau jalannya uji laik fungsi (ULF) yang dilakukan terhadap tol tersebut.

"Tadi pagi sudah ada rapat di istana dan kemungkinan besar peresmiannya lebih awal dari yang disebutkan kemarin. Selama 2 hari ini kita pantau terus pemenuhan ULF," ujarnya di Jakarta, Senin (9/12/2019).

Jika proses ULF berjalan lancar, diperkirakan Sertifikat Laik Operasi (SLO) bisa diterbitkan pada 11 Desember 2019 beserta dengan surat keputusan operasional. Jika keduanya sudah dikeluarkan maka peresmian dipastikan bisa dilakukan minggu ini.

"Harapan kita SLO bisa diterbitkan pak dirjen tanggal 11. Ya peresmian

Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Melambat, Sri Mulyani Salahkan Keadaan

World Bank (Bank Dunia) hari ini merilis data laporan perekonomian kuartalan Indonesia. Seperti biasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diundang menjadi pembicara.

Dalam laporannya, Bank Dunia menilai perekonomian Indonesia hingga akhir tahun masih cenderung melandai. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 hanya tumbuh 5%. Prediksi itu juga melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di 2018 sebesar 5,17%.

Saat giliran berpidato, Sri Mulyani menekankan bahwa sepanjang pidatonya akan berbicara kondisi ketidakpastian dunia. Sehingga memberikan tekanan terhadap ekonomi global yang juga berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia.

"Jadi Anda akan banyak mendengar saya mengeluarkan kata ketidakpastian di pidato saya yang juga tidak pasti ini," ujarnya sambil berkelakar di Energy Building, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Dia menjelaskan, ketidakpastian yang dimaksud adalah berdasarkan peristiwa yang terjadi, baik dari sisi keamanan, perselisihan antar negara hingga faktor alam seperti bencana.

"Ketidakpastian ini jelas berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dan kebijakan ekonomi. Untuk 2019 sebelumnya semua memprediksi tahun ini akan jadi tahun paling cemerlang setelah krisis ekonomi global (2008). Tapi kenyataannya setiap kuartal di 2019 prediksi pertumbuhan ekonomi ini terus dikoreksi," ujarnya.

Hampir semua lembaga dunia seperti IMF dan termasuk Bank Dunia terus mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2019. Itu artinya semua pihak juga merasakan ketidakpastian yang terjadi.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sudah dikoreksi 0,7% dan 0,7% PDB global itu setara dengan PDB Afrika Selatan. Itu potensi yang hilang di tingkat global," terangnya.

Meski sedikit menyalahkan keadaan, Sri Mulyani menilai kondisi ekonomi Indonesia terbilang cukup tangguh. Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh stabil di 5% di tengah turunnya pertumbuhan ekonomi negara lain yang cukup dalam.

"Komposisi pertumbuhan misalnya masih dipengaruhi pelemahan global. Tapi di saat yang sama kami memberikan respons dengan kebijakan," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar