Selasa, 24 Desember 2019

Menikmati Jakarta Lewat Wisata Bangunan Sejarah

Sejarah Jakarta bermula di kawasan Kota Tua. Namun, sejarah perkembangan Jakarta atau Batavia pun meluas sampai ke tengah kota. Yuk, wisata sejarah!

Mumpung hari ulang tahun kota Jakarta, saya dan teman-teman mengunjungi beberapa gedung-gedung yang mempunyai nilai sejarah Jakarta. Kali ini bukan mengunjungi kawasan Kota Tua Jakarta melainkan berkeliling di kawasan Batavia baru.

Pada masa pendudukan Belanda, kawasan Kota Tua sebagai pusat pemerintahan juga pusat bisnis. Karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pintu masuk ke Batavia dan jalur pengiriman komoditas perdagangan.

Karena semakin padat dan kotor kawasan Kota Tua mengakibatkan wabah penyakit kolera pada masa itu sehingga pemerintah Hindia Belanda secara bertahap memindahkan pemukiman elite dan pusat pemerintahan ke kawasan baru yang disebut Weltevreden yang salah satunya adalah area Gambir dan sekitarnya termasuk Lapangan Banteng.

Jika diamati, di sekitar Gambir dan Lapangan Banteng memang terdapat beberapa bangunan peninggalan Belanda dan beberapa sudah dijadikan bangunan cagar budaya oleh pemerintah Republik Indonesia.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Kantor KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Kementerian Perhubungan. Awalnya gedung ini digunakan sebagai kantor perusahaan pelayaran Belanda yang bernama KPM.

Bangunan luar dan dalam dibiarkan seperti aslinya dengan beberapa perbaikan dan tambahan fasilitas. Seperti bangunan Belanda lainnya di Batavia, di dalam gedung ini terdapat kaca patri berwarna warni yang secara simbolis menggambarkan kegiatan dari perusahaan KPM. Bahkan bendera Belanda dan lambing kota Batavia pun masih jelas terlihat.

Berikutnya kami menuju gedung Kementerian Keuangan. Di tempat ini kami tidak dapat masuk karena pada saat ini masih berlangsung perbaikan besar atas gedung ini. Walaupun hanya berkeliling area luar gedung, namun sebuah plakat asli berbahasa Belanda tertempel salah satu dinding. Tulisan pada plakat tersebut adalah MDCCCIX ondidit DAENDELS MDCCCXXVIII Erexit Du BUS.

Pembangunan gedung ini diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1809 dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal Du Bus pada tahun 1828. Pada awalnya gedung ini dibangun untuk digunakan sebagai istana Gubernur Jenderal Batavia mengingat istana Gubernur Jenderal selama ini berlokasi di Bogor. Namun gedung tidak pernah dijadikan istana Gubernur Jenderal melainkan dari awal peresmian gedung ini digunakan sebagai kantor keuangan negara Hindia Belanda.

Tujuan berikutnya adalah kantor pusat PLN (Perusahaan Listrik Negara). Arsitektur gedung ini berbeda dengan gedung-gedung peninggalan Belanda lainnya. Sayang bangunan ini kurang terawat karena kegiatan perkantoran telah dipindah ke gedung bertingkat modern yang terletak di belakang bangunan ini. Bangunan ini pada awalnya adalah kantor perusahaan gas Hindia Belanda yang bernama NIGM. Logo NIGM terlihat pada kaca patri di bagian depan gedung ini.

Berlanjut dengan mengunjungi Mesjid Cut Meutia di kawasan Menteng. Pernah dengar nama Boplo? Betul, itu nama salah satu merk makanan tradisional yang terkenal di Jakarta. Tapi tahukah bahwa Boplo awalnya bukan merk dagang suatu makanan melainkan nama pengembang (developer) perumahan elite di kawasan Menteng?

NV De Bouwploeg; kita menyebutnya Boplo ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menata kawasan Menteng menjadi pemukiman elite. Hal ini sebagai salah satu upaya pemindahan pemukiman warga Belanda dari kawasan Kota Tua yang sudah tidak layak didiami. Kantor NV De Bowploeg kini beralih fungsi menjadi Masjid Cut Meutia.

Jika bangunan masjid pada umumnya seperti aula dengan ruang beribadah yang luas, di dalam masjid ini terdapat pilar-pilar yang sepertinya dahulu digunakan sebagai penyekat atau pemisah ruangan. Tangga di dalam bangunan ini pun harus diubah dengan dipotong agar ruangan untuk beribadah menjadi lebih luas.

Terakhir kami menuju ke Tugu Kunstkring Paleis. Gedung ini pun hasil karya NV De Bowploeg. Awalnya digunakan sebagai gedung perkumpulan para seniman. Beberapa kali beralih fungsi dan yang terkenal gedung ini pernah digunakan sebagai kantor Imigrasi Jakarta Pusat. Setelah beberapa tahun terbengkalai, akhirnya bangunan ini dijadikan salah satu restoran ekslusif di kawasan Menteng.

Berakhir sudah perjalanan hari ini dari pagi hingga sore menyusuri gedung-gedung bersejarah di sekitar Jakarta Pusat. Bangunan-bangunan yang kami kunjungi pada hari ini masih terbilang sangat seditkit. Tentunya masih banyak bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang tersebar di Jakarta bahkan bukan tidak mungkin salah satu bangunan bersejarah justru berada di sekitar kita. Dirgahayu kota Jakarta ke 492 di tahun 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar