Senin, 04 Mei 2020

Trump Prediksi Kematian akibat Corona di AS Capai 100 Ribu

Presiden Donald Trump memprediksi sebanyak 100 ribu pasien di Amerika Serikat mungkin meninggal dunia akibat virus corona. Angka itu lebih tinggi dari prediksi Trump sebelumnya yakni sebanyak 50 ribu hingga 60 ribu jiwa.

"Kita mungkin akan kehilangan 75 ribu, 80 ribu, sampai 100 ribu orang (akibat corona). Ini adalah hal yang mengerikan," kata Trump dalam wawancara yang disiarkan FOX News pada Minggu (3/5).

Meski begitu, Trump berharap angka kematian corona di AS tidak akan mencapai prediksinya. Ia yakin bahwa vaksin yang tengah dikembangkan AS dan diprediksi siap digunakan akhir tahun ini bisa menekan penularan dan kematian corona di Negeri Paman Sam.

Padahal, sejumlah ahli kesehatan publik AS termasuk salah salah satunya ahli penyakit menular terkemuka, Dr. Anthony Fauci, menganggap bahwa vaksin corona tampaknya masih membutuhkan waktu satu tahun hingga 18 bulan lagi untuk bisa dikembangkan.

"Saya pikir kita (AS) akan memiliki vaksin (Corona) pada akhir tahun ini. Para dokter akan mengatakan jangan menyatakan hal seperti itu. Tapi saya akan mengatakan apa yang saya pikirkan. Dan saya pikir kita akan memiliki vaksin cepat atau lambat," kata Trump.

Walaupun Trump mengakui AS masih dihantui lonjakan kasus corona baru dan angka kematian, politikus Partai Republik itu berkeras membela bahwa pencabutan kebijakan pembatasan pergerakan dan karantina wilayah merupakan hal yang tepat dilakukan saat ini.

Sebelumnya, pergerakan secara bertahap. Puluhan negara bagian AS juga telah melonggarkan sebagian kebijakan pembatasan pergerakan dan membuka aktivitas bisnis secara bertahap.

"Kami tidak bisa tetap menutup diri sebagai sebuah negara. Kita tidak akan memiliki apa-apa lagi," kata Trump seperti dilansir Channel News Asia.

Hingga Senin (4/5), AS masih menemukan lonjakan kasus corona. Berdasarkan statistik Worldometer, AS masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di dunia yakni mencapai 1.188.122 kasus dan 68.598 kematian.

Negara bagian New York menjadi wilayah dengan kasus corona tertinggi di AS yakni mencapai 321.833 pasien dan 24.576 kematian.

Kemarin, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menuturkan masih menemukan lonjakan angka kematian sebanyak 1.452 pasien dalam 24 jam.

Sejumlah ahli menganggap minimnya pemeriksaan dan tes corona mengindikasikan bahwa jumlah kasus terinfeksi lebih banyak lagi dari yang sudah terlaporkan.

Selain itu, ketidakpatuhan sebagian warga AS terkait kebijakan menjaga jarak dan pembatasan pergerakan lainnya turut memicu lonjakan kasus dan kematian akibat corona di Negeri Paman Sam. 

Jalan Italia Akhiri Lockdown Virus Corona

 Kebijakan penguncian wilayah di Italia resmi berakhir hari ini, Senin (4/5). Pemerintah mengizinkan warga kembali beraktivitas dengan sejumlah aturan dan protokol pencegahan virus corona.

Dua bulan lebih warga dikurung di rumah guna memutus rantai penyebaran Covid-19.

Namun sampai saat ini Italia masih menjadi negara kedua dengan kematian akibat corona terbanyak di dunia, tepat di bawah Amerika Serikat. Ada 210.717 kasus positif corona di Italia, 28.884 kematian, dan 81.654 pasien sembuh.

Virus serupa SARS itu masuk ke Italia akhir Januari lalu, dan sejak itu jumlahnya terus bertambah tanpa bisa dikendalikan. Dalam sehari, ratusan orang meninggal dunia. Negeri Piza terpapar parah corona.

Awalnya, lockdown hanya berlaku di kawasan utara Italia, tapi kemudian diperluas hingga ke seluruh penjuru negara sejak 9 Maret.

Bahkan lonjakan kasus dan kematian masih terus terjadi di tengah kebijakan lockdown atau penutupan total yang diberlakukan Perdana Menteri Giuseppe Conte.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar