Selasa, 24 Desember 2019

Panas-panas di Yogya, Enaknya Makan Rujak Es Krim

Kota Yogyakarta identik dengan kuliner gudeg. Cuma kalau cuaca sedang panas, enaknya makan rujak es krim yang menyegarkan.

Jika berkunjung ke Jogja, selain beraneka ragam tempat wisata yang dapat dikunjungi. Kuliner menjadi salah satu hal yang wajib untuk dicoba. Jika berbicara soal Gudeg, Tengkleng atau Mi Ayam sudah banyak rekomendasi yang ada. Rujak Es Krim dapat menjadi salah satu tujuan kuliner yang unik.

Mendengar kata Rujak dan Es Krim sepertinya merupakan dua olahan makanan yang berbeda. Rujak biasanya berasa pedas dan Es Krim berasa manis. Bagaimana bila keduannya disatukan? Pasti terdengar tak biasa. Rujak Es krim banyak dijumpai di Jogja namun memang olahan ini bukan sebagai makanan utama sehingga mungkin jarang untuk dicicipi.

Rujak Es Krim ini terdiri dari serutan beberapa buah-buahan seperti Mangga Muda, Pepaya muda, Bengkoang, Timun, Kedondong, Nanas dan Melon muda. Beberapa buah tadi dicampur dengan bumbu kacang yang tingkat kepedasannya bisa dipilih. Lalu ditambah Es Krim yang terbuat dari santan atau sering disebut sebagai Es Putar yang berasa manis dan gurih. Harga satu porsinya sekitar Rp 7.000 hingga Rp 10.000.

Banyak penjual Rujak Es Krim yang bisa ditemukan, biasanya terdapat di pinggir jalan dan didorong oleh penjualnya. Namun, jika ingin tidak susah mencari kalian dapat berkunjung ke Rujak Es Krim yang berada di Jl. Nangka II Karangnongko, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Posisi Penjual berada tepat di pinggir jalan sehingga mudah untuk ditemukan.

Bagaimana, apakah tertarik mencicipi Rujak Es Krim yang berasa pedas, manis dan segar ini?

Lihat Lagi Meriahnya Festival Raja Ampat

Setiap tahun Festival Raja Ampat digelar di Waisai, Sorong, Papua Barat. Seperti ini potret keseruannya.

Festival tahunan yang berlangsung antara 18 Oktober hingga 22 Oktober. Kegiatan-kegiatannya antara lain, Pentas Seni budaya, Pameran, kuliner.

Berkunjung ke Raja Ampat, Papua Barat tentunya menjadi dambaan setiap traveler. Ya Raja Ampat memang telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata dunia, dengan Keindahan alamnya yang memesona. Namun hal lain juga yang perlu disaksikan dari pesona Raja Ampat yakni pagelaran Festival Pesona Bahari.

Festival tahunan ini biasanya digelar setiap Bulan Oktober antara 18 Oktober hingga 21 Oktober. Venue utama penyelenggaraan Festival ini adalah Pantai Waisai Torang Cinta (WTC) yang berada di Kota Waisai. Dalam Festival ini para pengunjung akan menyaksikan pentas seni tari, membeli aneka produk kerajinan seperti topi durian dari daun pandan dan noken, gelang dan kalung dari kerang dan berbagai produk local lainnya serta kuliner khas Raja Ampat.

So bagi traveler yang ingin ke Raja Ampat, datanglah pada bulan Oktober agar petualangan anda jadi lebih seru dan sempurna untuk menyaksikan keindahan Raja Ampat dan mengenal seni budayanya.

Sawahlunto, Kota Tambang yang Jadi Situs UNESCO

Nama Sawahlunto di Sumatera Barat kian mendunia pasca mendapat status UNESCO. Yuk, kita kenal sejarah kota ini lebih jauh.
Kolom travel detik.com (26/06/2019) mengulas tentang Sawahlunto yang menjadi nominasi situs warisan dunia UNESCO pada 2019. Tema yang diusulkannya adalah Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto (www.worldheritagesite.org). Barangkali belum banyak orang yang mengetahui tentang kota Sawahlunto yang dijuluki sebagai 'The Little Dutch' oleh Pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu.

Saya sendiri beberapa kali menginjakan kaki ke kota kecil ini pada periode 2014-2016 dalam rangka perjalanan dinas ke unit kerja Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT). Melalui perjalanan sepanjang 115 Km atau durasi waktu sekitar tiga jam berdasarkan Google Map dan pengalaman perjalanan malam hari dari Bandara Internasional Minangkabau melewati jalan perbukitan dan perhutanan sampailah pada sebuah kota yang begitu menarik perhatian.

Pertama kali melihat kota ini, tentu banyak orang akan berkesimpulan bahwa sebenarnya ini Eropa atau Indonesia karena melihat banyak gedung-gedung khas Eropa yang salinan atau photo copy-an asli dari Eropa. Bagi yang belum pernah ke sana tentu saja ingin sekali untuk berkunjung ke Sawahlunto.

Namun bagi yang belum ada kesempatan berkunjung ke kota Sawahlunto, saya mengajak pembaca untuk menelusuri 'The Little Dutch' dari sebuah buku yang saya dapatkan atau beli dari Museum Goedang Ransoem yang dikelola oleh Pemeritah Kota Sawahlunto berjudul Jejak De Greve dalam Kenangan Swahlunto. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar