Selasa, 17 Desember 2019

Suku Sasak Lombok: Tradisi Kawin Lari & Rumah dari Kotoran Kerbau

 Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat terkenal akan keindahan panorama pantainya. Namun jangan lupa kebudayaanya, seperti kehidupan suku Sasak.

Lombok juga memiliki warisan adat budaya yang menarik. Hal ini berkaitan dengan adanya suku Sasak yang masih melestarikan budaya adat dan tradisinya .Tidak ada salahnya menyempatkan diri sejenak untuk mengenal lebih dalam kebudayaan masyarakat lokal. Dengan begitu, akan banyak nilai pembelajaran yang dapat diperoleh. Perlu diketahui Lombok saat ini telah dinobatkan sebagai salah satu tujuan wisata halal terbaik di dunia.

Saat berkeliling ke perkampungan di Desa Sade kamu akan disuguhkan keindahan budaya yang masih sangat tradisional. Atap rumahnya masih menggunakan jerami ataupun alang-alang yang sudah dikeringkan. Lantai dari rumah dibuat dari campuran tanah, getah pohon dan abu jerami yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau.

Bahkan sampai sekarang pun, mereka masih menggunakan kotoran kerbau untuk mengepel rumah mereka. Memang terdengar aneh ketika pertama kali mendengarnya, namun saat kamu mencoba masuk ke dalam rumah, tidak tercium bau kotoran apapun. Fungsi kotoran kerbau ini untuk memeperkuat struktur lantai agar tidak pecah-pecah saat panas dan mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.

Rumah adat suku sasak disebut juga bale tani yang berbentuk persegi, tidak berjendela, pintu leluar masuk hanya satu, dan di dalamnya terdiri dari dua sampai tiga ruangan.

Keunikan lain dari Bale tani memiliki teras rendah dengan tangga tiga buah sehingga untuk memasuki rumah ini,kamu harus membungkukkan badan agar kepala tidak terbentur bagian atas pintu. Itu ada makna sebagai tanda menghormati pemilik rumah. Sedang anak tangga dari rumah bagian luar ke dalam ada tiga. Ini bermakna, paling atas itu Tuhan, kedua ibu dan ketiga ayah. Ketiga unsur yang harus dihormati. Jadi rata-rata rumah di sini punya tiga anak tangga. Wah, Filosofis banget ya!

Masyarakat suku sasak masih memelihara budaya warisan leluhur, salah satunya adalah tenun. Perempuan di desa ini wajib memiliki keterampilan menenun yang diajarkan sejak dini. Salah satu aturan adat suku sasak yang masih dijalankan di beberapa tempat adalah perempuan baru diperbolehkan menikah jika sudah bisa menenun.

Oh iya, warga Desa Sade memeluk agamaIslam, namun agak sedikit berbeda dengan kebanyakan. Islam Wetu Telu yang mereka anut masih dipengaruhi ajaran animisme, dinamisme, Budha, dan Hindu. Wetu Telu berarti tiga waktu, sehingga mereka hanya menjalankan sholat tiga kali dalam sehari.

Selain agama, tradisi pernikahan juga menjadi hal unik dari kebiasaan mereka. KawinĂ‚  lari menjadi budaya yang dilestarikan.

Kawin lari yang dimaksud yakni saat ada seorang laki-laki yang menyukai perempuan suku sasak atau di antara keduanya saling suka, maka si laki-laki tersebut dapat membawa lari si perempuan tersebut ke salah satu kerabatnya untuk diinapkan. Kemudian keesokan harinya, laki-laki dan keluarganya yang telah melarikan anak gadis tersebut wajib melamar keluarga sang gadis untuk menikah. Umumnya laki-laki di Desa Sade di wajibkan untuk menikahi perempuan dari sukunya sendiri yaitu orang sasak.

Meski perjalananku termasuk singkat di Desa Sade, namun banyak hal yang saya pelajari. Belajar tentang mencintai Budaya sendiri serta melihat kehidupan suku Sasak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar